Senin, 21 Februari 2011

Askep Menengitis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Meningitis ialah radang pada bagian meningen yaitu selaput otak dan saraf tunjang. Penyakit ini disebabkan oleh jangkitan virus atau juga bakteria.
Meningitis yang disebabkan oleh virus lazimnya kurang kronik dan pulih tanpa perawatan yang spesifik. Meningitis yang disebabkan oleh bakteria agak serius dan mungkin membawa kepada kerusakan otak, hilang pendengaran, kurang upaya pembelajaran dan membawa maut.
Pada permulaan penyakit dikalangan anak-anak, anak akan mengeluh demam dan sakit kepala. Anak berumur kurang dari setahun hanya menangis berlebihan, demam dan enggan minum. Semua tanda-tanda awal bagi anak berumur kurang dari setahun sama dengan tanda tanda penyakit lain seperti pneumonia, infeksi telinga, bronkiolitis dan infeksi saluran kencing.
Oleh itu, hanya apabila dokter berpendapat bahwa seorang mengidap meningitis ia akan meminta agar lumbal punksi dilakukan. Lumbal punksi adalah prosedur pemeriksaan cairan selaput otak, dengan memasukkan jarum halus ke dalam tulang belakang pasien. Pemeriksaan ini hanya akan dilakukan apabila keadaan tidak membahayakan klien.
1.2              Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1.      Bagaimana konsep penyakit meningitis?.
2.      Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit meningitis?.
1.3              Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1.      Agar mengethui bagaimana konsep penyakit meningitis
2.      Agar mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit meningitis sehingga dapat diaplikasikan di Rumah Sakit

BAB II
MENINGITIS
2.1        KONSEP PENYAKIT
2.1.1        Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996)
Meningitis adalah suatu peradangan araknoid dan piameter (lepto meningens) dari otak dan medulla spinalis. Bakteri dan virus merupakan penyebab yang paling umum dari meningitis, meskipun jamur dapat juga menyebabkan. Meningitis bakteri lebih sering terjadi. Deteksi awal dan pengobatan akan lebih memberikan hasil yang lebih baik menurut Wahyu Widagdo dkk (2008:105)
2.1.2        Etiologi
Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita AIDSAIDS
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya :
1.      Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).
Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus).
2.      Neisseria meningitidis (meningococcus).
Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah.
3.      Haemophilus influenzae (haemophilus).
Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis virus ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.
4.      Listeria monocytogenes (listeria).
Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis. Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan daging sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal (peliharaan).
5.      Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis.
2.1.3        Manifestasi Klinik
• Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku
• Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor
• Sakit kepala
• Sakit sakit pada otot
• Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien.
• Adanya disfungsi pada saraf III, IV, VI
• Pergerakan motorik pada awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan biasa terjadi hemiparesis, hemiplagia, dan penurunan tonus otot
• Reflex brudzinski dan reflex kernig positif
• Nausea                 
• Vomiting
• Takikardia
• Kejang
• Pasien merasa takut dan cemas
2.1.4        Insiden
Amerika Serikat. Insiden meningitis bervariasi sesuai dengan agent etiologi spesifik.  Meningitis bacterial masih merupakan penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Angka serangan di Amerika Serikat pertahun dilaporkan 0.6-4 kasus per 100,000 populasi. Sebelumnya, 3 kasus yang paling pathogen dengan kasus mencapai 80 %, yaitu H influenzae type B (HIB), N meningitidis, dan S pneumoniae. Lebih dari dua decade lalu, epidemologi telah mengalami perubahan secara substansial oleh karena berbagai perkembangan.
Internasional. Insiden meningitis diperkirakan lebih tinggi pada negara yang sedang berkembang oleh karena kurangnya akses pelayanan pencegahan seperti vaksinasi. Angka insdien 10 kali lipat lebih tinggi terjadi di negara sedang berkembang.2,3,6
2.1.5        Komplikasi
1.              Hidrosefalus obstruktif
2.              MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3.              Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4.              SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5.              Efusi subdural
6.              Kejang
7.              Edema dan herniasi serebral
8.              Cerebral palsy
9.              Gangguan mental
10.Gangguan belajar
11.Attention deficit disorder
2.1.6        Pemeriksaan Diagnostik
1.               Analisis CSS dari fungsi lumbal :
1)      Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri
2)      Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus
2.            Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3.            LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4.            Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5.            Elektrolit darah : abnormal
6.            ESR/LED :  meningkat pada meningitis
7.            Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8.            MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9.            Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra cranial
2.1.7        Penatalaksanaan/Terapi
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif suportif untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa diberikan obat sebagai beriku:
1.      Kombinasi ampisiin 12-18 gram, kloramfenikol 4 gram, intravena dalam dosis terbagi 4 kali per hari.
2.      Dapat ditambahkan campuran trimetoprim 80 mg,sulfametoksazol 400 mg intravena
3.      Dapat pula ditambahkan seftriakson 4-6 gram intravena
2.2  ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1        Pengkajian
·         Keluhan utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan penurunan kesadaran
·         Riwayat penyakit sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.
pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS, pernahkah mengalami tindakan invasive yang memungkinkan masuknya kuman kemeningen terutama tindakan melalui pembuluh darah.
·         Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosia. Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien, seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).
·         Pengkajian psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
·         Pemeiksaan fisik
1        Aktivitas / istirahat
Gejala : perasaan tidak enak (malaise ), keterbatasan yang ditimbulkan kondisinya.
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan secara Umum, keterbatasan dalam rentang gerak
2        Sirkulasi
Gejala :adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit jantung Conginetal ( abses otak ).
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat (berhubungan Dengan peningkatan TIK dan pengaruh dari pusat vasomotor ). Takikardi, distritmia ( pada fase akut ) seperti distrimia sinus (pada meningitis )
3        Eleminasi
Tanda :   Adanya inkotinensia dan retensi.
4        Makanan dan Cairan
Gejala :   Kehilangan napsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut )
Tanda :   Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
5        Hygiene
Tanda :   Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri ( pada periode akut )
6        Neurosensori
Gejala : sakit kepala ( mungkin merupan gejala pertama dan biasanya berat ) . Pareslisia, Terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi ( kerusakan Pada saraf cranial ). Hiperalgesia / meningkatnya sensitifitas ( minimitis ) . Timbul Kejang ( minimitis bakteri atau abses otak ) gangguan dalam penglihatan, seperti
Diplopia ( fase awal dari beberapa infeksi ). Fotopobia ( pada minimtis ). Ketulian ( pada minimitis / encephalitis ) atau mungkin hipersensitifitas terhadap kebisingan, Adanya hulusinasi penciuman / sentuhan.
Tanda : -status mental / tingkat kesadaran ; letargi sampai kebingungan yang berat hingga Koma, delusi dan halusinasi / psikosis organic ( encephalitis ).
  -Kehilangan memori, sulit mengambil keputusan ( dapat merupakan gejala Berkembangnya hidrosephalus komunikan yang mengikuti meningitis bacterial )
 -Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.
 -Mata ( ukuran / reaksi pupil ) : unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya ( peningkatan TIK ), nistagmus ( bola mata bergerak terus menerus ).
-Ptosis ( kelopak mata atas jatuh ) . Karakteristik fasial (wajah) perubahan pada Fungsi motorik dan sensorik ( saraf cranial V dan VII terkena )
               -Kejang umum atau lokal ( pada abses otak ) . Kejang lobus temporal . Otot Mengalami hipotonia /flaksid paralisis ( pada fase akut meningitis ). Spastik ( encephalitis).
              -Hemiparese hemiplegic ( meningitis / encephalitis )
   -Tanda brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya Iritasi meningeal ( fase akut)
               -Regiditas muka ( iritasi meningeal )
               -Refleks tendon dalam terganggu, brudzinski positif
                          - Refleks abdominal menurun
7        Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala ( berdenyut dengan hebat, frontal ) mungkin akan diperburuk oleh Ketegangan leher /punggung kaku ,nyeri pada gerakan ocular, tenggorokan nyeri
Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi /gelisah menangis /   mengeluh
8        Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal ), perubahan mental ( letargi sampai Koma ) dan gelisah
9        Keamanan
Gejala : - Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain, meliputi mastoiditis Telinga tengah sinus, abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan, Fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
-Imunisasi yang baru saja berlangsung ; terpajan pada meningitis, terpajan oleh Campak, herpes simplek, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.
-Gangguan penglihatan atau pendengaran
Tanda :  - suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil
-Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic
  - Gangguan sensoris
2.2.2        Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatannya yaitu :
1.      Resiko tinggi terhadap (penyebaran) infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh
2.      Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena
3.      Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum
4.      Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi
5.      Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung ( hospitalisasi ).
2.2.3        Rencana Keperawatan
1.      Resiko tinggi terhadap ( penyebaran ) infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh.
Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak ; mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain
Intervensi
a.       Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan baik pasien, pengunjung, maupun staf.
Rasional ; menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi ( mis : individu yang mengalami infeksi saluran napas atas )
b.      Pantau dan catat secara teratur tanda-tanda klinis dari proses infeksi.
Rasional : Terapi obat akan diberikan terus menerus selama lebih 5 hari setelah suhu turun ( kembali normal ) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda klinis terus menerus merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang dapat bertahan sampai berminggu minggu / berbulan bulan atau penyebaran pathogen secara hematogen / sepsis.
c.       Ubah posisi pasien dengan teratur tiap 2 jam.
Rasionalisasi ; Mobilisasi secret dan meningkatkan kelancaran secret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernapasan.
d.      Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau
Rasionalisasi ; Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan resiko terhadap infeksi kandung kemih / ginjal / awitan sepsis.
e.       Kolaborasi tim medis
Rasional : Obat yang dipilih tergantung pada infeksi dan sensitifitas individu. Catatan ; obat cranial mungkin diindikasikan untuk basilus gram negative, jamur, amoeba
2.      Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena.
Hasil yang diharapkan / kriteria pasien anak : mempertahankan tingkat kesadaran , mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil, melaporkan tak adanya / menurunkan berat sakit kepala, mendemontrasikan adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.
Intervensi
a.       Perubahan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah dilakukan fungsi lumbal.
Rasional : perubahan tekanan CSS mungkin merupakan adanya resiko herniasis batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera.
b.      Pantau / catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya, seperti GCS.
Rasional : pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menntukan lokasi, penyebaran / luas dan perkembangan dari kerusakan serebral.
c.       Pantau masukan dan keluaran . catat karakteristik urine, turgor kulit, dan keadaan membrane mukosa.
Rasional : hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata dan meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun / munculnya mual menurunkan pemasukan melalui oral.
d.      Berikantindakan yang memberikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan yang tenang, suara yang halus dan sentuhan yang lembut.
Rasional : meningkatkan istirahat dan menurunkan stimulasi sensori yang berlebihan.
e.       Pantau gas darah arteri. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : terjadinya asidosis dapat menghambat masuknya oksigen
pada tingkat sel yang memperburuk / meningkatkan iskemia serebral.
f.       Berikan obat sesuai indikasi.
3.      Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : tidak mengalami kejang atau penyerta atau cedera lain.
Intervensi
a.       Pantau adanya kejang / kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot wajah yang lain.
Rasional : mencerminkan pada iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi.
b.      Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantuan pada penghalang tempat tidur dan pertahankan tetap terpasang dan pasang jalan napas buatan plastik atau gulungan lunak dan alat penghisap.
Rasional : melindungi pasien jika kejang. Catatan ; masukan jalan napas bantuan / gulungan lunak jika hanya rahangnya relaksasi, jangan dipaksa memasukkan ketika giginya mengatup dan jaringan lunak akan rusak.
c.       Pertahankan tirah baring selama fase akut. Pindahkan .gerakkan dengan bantuan sesuai membaiknya keadaan.
Rasional : menurunkan resiko terjatuh / trauma jika terjadi vertigo, sinkope atau ataksia.
d.      Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin ( dilantin ), diazepam , fenobarbital.
Rasional : merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang .catatan : fenobarbital dapat menyebabkan defresi pernapasan dan sedative serta menutupi tanda / gejala dari peningkatan TIK.
4.      Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : melaporkan nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan poster rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat.
Intervensi
a.       Kaji skala nyeri
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri klien
b.      Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat / relaksasi.
c.       Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan yang penting .
Rasional : menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
d.      Berikan latihan rentang gerak aktif / pasif secara aktif dan massage otot daerah leher /bahu.
Rasional : dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang menimbulkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.
d.      Berikan analgetik, seperti asetaminofen dan kodein
Rasional : mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat. Catatan : narkotik merupakan kontraindikasi sehingga menimbulkanb ketidak akuratan dalam pemeriksaan neurologis.
5.      Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung ( hospitalisasi ).
Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak : mengikuti dan mendiskusikan rasa takut, mengungkapkan kekurang pengetahuan tentang situasi, tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi
a.       Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien / keluarga. Catat adanya tanda-tanda verbal atau non verbal.
Rasional : gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.
b.      Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala.
Rasional : meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat membantu dan menurunkan ansietas.
c.       Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognosa penyakit.
Rasional : penting untuk menciptakan kepercayan karena diagnosa meningitis mungkin menakutkan, ketulusan dan informasi yang akurat dapat memberikan keyakinan pada pasien dan juga keluarga
d.      Libatkan pasien / keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari, membuat keputusan sebanyak mungkin.
Rasional : meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan kemandirian.
e.       Lindungi privasi pasien jika terjadi kejang.
Rasional : memperhatikan kebutuhan privasi pasien memberikan peningkatan akan harga diri pasien dan melindungi pasien dri rasa malu.
2.2.4        Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1.      Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
2.      Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3.      Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4.      Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5.      Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Meningitis yaitu infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996) dimana  Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Dengan diagnose keperawatan yang dapat diambil yaitu Resiko tinggi terhadap (penyebaran) infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh, Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena, Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum, Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi, Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung ( hospitalisasi ).
3.2  Saran
Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada dan bagi seluruh masyarakat agar dapat selalu menjaga kondisi tubuhnya agar terhindar dari penyebaran mikroorganisme.

DAFTAR PUSTAKA
augusfarly.wordpress.com (diakses 29 juli 2010)
Betz, Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 5. Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC
informasi-kesehatan40.blogspot.com (29 JUNI 2008)
Mansjuer, arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Speer, Kathleen. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical Pathways. Edisi 3. Jakarta : EGC
Suriadi, Yuliani, rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta : Penebar Swadaya.
Wong, Donna. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC